February 10, 2011

Personal Writing: Confession #1

Kenapa di saat aku jatuh dan ga tahu lagi harus bicara dengan siapa, dia hampir selalu datang di mimpiku? 
Aku selalu bilang rasa itu udah ga ada, udah berakhir berjuta menit yang lalu. Tapi kenapa dia tetap ada di pikiranku. Bahkan aku masih bisa melihat lekuk wajahnya, tersenyum menatapku dan disinari oleh satu lampu panggung. Like single spotlight on my stage. Di mimpi itu dia ga ngelakuin apa-apa. Bahkan dia ga bicara apapun. Sekedar say-hi atau apalagi sekedar bilang,"there’s nothing to fear for my shadow’s right beside you”. Ga. Dia ga bilang itu semua. Tapi hanya dengan melihatnya muncul di depanku dengan senyumnya yang masih sama udah cukup membuat aku sadar dan berkata,”aku harus bangkit”. Sehebat inikah kekuatan cintaku untuk dia? Membuatku terus bertahan bahkan tanpa ia mengetahuinya bahwa diam-diam aku menggunakan bayangnya untuk semangatku. Jujur aja aku ga mau terus terperangkap dalam perasaan seperti ini. Aku ga pernah menyimpan dia di memori otakku. Paling ga itu yang aku lakuin 2 tahun terakhir ini. Tapi entah kenapa ia selalu ada di sudut itu dan seperti memaksaku mengingatnya. Oh God..

Aku ga akan bilang dunia atau hidup ini kejam. Karena emang yang kejam adalah orang-orang di dalamnya. Termasuk aku. Juga dia. Dia. Apalagi yang bisa aku katakan tentang dia? Aku rasa aku udah ga mau lagi memuji dia, tapi aku juga ga sanggup mengabaikan dia. It feels like so impossible to ignore you. Okay, kalau dia memang akan terus ada dalam mimpiku, aku cuma mau bilang thanks. Terimakasih untuk menjadi semangatku. Membuatku tersenyum hanya dengan melihat bayangmu. Kamu emang ga tau tentang semua kekonyolan ini. Tapi percayalah, kalau waktu dan kesempatan itu Tuhan berikan untukku, aku akan mengatakannya padamu. Bahwa dengan bayangmulah aku diam-diam membangun sisa-sisa kekuatanku. Bangkit dari keterpurukanku dengan melihatmu dan percaya Tuhan bersamaku. Dunia ga akan berakhir sebelum tombol stop ditekan, bukan?

0 comments:

Post a Comment